Review Film Jojo Rabbit: Komedi Satire Zaman Nazi
Assalamualaikum. Hi Fellas !
Setelah berbulan-bulan nggak update di blog yang udah mau lumutan ini, akhirnya update juga. Kali ini aku mau review satu film seru buat menemani kalian yang lagi #dirumahaja berjudul Jojo Rabbit. Yang penasaran, langsung simak aja ya.
Film Jojo Rabbit dirilis perdana pada tanggal 8 September
2019 di Festival Film Internasional Toronto dan tanggal 18 Oktober 2019 di Amerika
Serikat. Film ini disutradarai oleh Taika Waititi, mungkin buat yang belum tahu
doi juga yang menyutradarai film Thor: Ragnarok. Jojo Rabbit dibintangi oleh Roman
Griffin Davis, Taika Waititi (yup, selain jadi sutradara doi juga ikutan main disini),
Scarlett Johansson, Thomasin McKenzie, Rebel Wilson, Alfie Allen, Stephen
Merchant, Sam Rockwell, dan Archie Yates. Film ini diadaptasi dari novel berjudul
Caging Skies karya Christine Leunens. Latar belakang ceritanya sendiri diambil
waktu akhir perang dunia kedua di Jerman dan Nazi masih berkuasa saat itu
disana. Meskipun menceritakan tentang perang dunia kedua, namun genre film ini
adalah komedi drama. Makanya dari awal mulai cerita kamu bakal disuguhkan
berbagai scene lucu yang membuat tertawa terbahak-bahak.
Jojo Rabbit mengisahkan tentang seorang anak laki-laki berusia
sepuluh tahun bernama Johannes “Jojo” Betzler (Roman Griffin Davis) yang
tinggal bersama ibunya bernama Rosie (Scarlett Johansson) di Jerman Nazi. Sebenarnya
Jojo memiliki ayah dan seorang kakak perempuan, namun ayah Jojo yang sedang ditugaskan
ke Italia tiba-tiba menghilang tiada kabar sedangkan sang kakak yang bernama
Inge Betzler meninggal dunia akibat sakit influenza. Jojo memiliki teman
khayalan yang sering diajaknya berbicara yaitu sang diktator Adolf Hitler
(Taika Waititi) namun dengan versi yang kekanak-kanakan.
Karena rasa cinta dan bangga dengan Nazi, Jojo dan sahabatnya
bernama Yorki (Archie Yates) bergabung pada perkemahan Pemuda Hitler atau
disebut juga Deutsches Jungvolk. Perkemahan
itu dipimpin oleh Kapten Klenzendorf atau Kapten K (Sam Rockwell). Ketika Jojo
diperintahkan untuk membunuh seekor kelinci oleh salah satu anggota senior di
perkemahan tersebut, Jojo menolaknya dan langsung melepaskan kelinci tersebut. Dan
saat itu juga kelinci yang dilepaskan Jojo tadi langsung dibunuh oleh senior
tersebut dihadapannya. Jojo langsung lari sambil menangis setelah diejek oleh
anggota senior dan teman-temannya dengan sebutan “Jojo Rabbit”. Setelah berbicara
dengan si “Adolf Hitler”, Jojo kembali dengan berlari dan langsung melemparkan
granat yang dipegang oleh Kapten K. Sayangnya, granat itu memantul dari pohon
ke arah Jojo dan langsung meledak sampai menyebabkan luka di wajah nya dan
kakinya menjadi pincang. Setelah Jojo sembuh dari kecelakaannya, Rosie meminta
Kapten K yang jabatannya turun disebabkan oleh insiden Jojo, untuk membuat
putranya tetap bergabung di perkemahan meskipun Jojo mengalami cedera. Jojo pun
diberikan tugas-tugas kecil seperti menyebarkan poster propaganda di setiap sudut
kota dan mengumpulkan logam untuk kebutuhan perang.
Suatu hari setelah menyelesaikan kegiatannya, Jojo langsung
pulang kerumah dan langsung mencari ibunya tetapi ibunya tidak ada dirumah. Saat
memasuki kamar mendiang kakak perempuannya, ia menemukan sebuah pintu rahasia
dan ketika dibuka seketika Jojo langsung terkejut karena di dalamnya ada seorang
gadis remaja usia 17 tahun bernama Elsa Korr (Thomasin McKenzie). Setelah diketahui
ternyata Elsa adalah seorang Yahudi dan Ia merupakan mantan teman sekelas mendiang
kakaknya Jojo saat sekolah. Jojo mengancam akan melaporkan Elsa pada Gestapo
atau polisi resmi Nazi, namun Elsa memperingatkan bahwa ibunya Jojo akan
dibunuh jika ketahuan menyembunyikannya. Jojo akhirnya berjanji untuk
membuatnya tetap aman tetapi dengan syarat Elsa harus mengungkapkan seluruh “rahasia
Yahudi-nya” sehingga Jojo bisa menulis buku yang ia beri judul “Yoo-Hoo Jew”
dan diberikan pada Kapten K sebagai bahan hiburan.
Dari si Elsa lah Jojo semakin sadar bahwa Yahudi tidak
seburuk yang ia kira selama ini dan Elsa juga yang membuat Jojo menyadari kalau
perang bukanlah segalanya, yang terpenting adalah kedamaian dunia. Hal itulah
yang membuat Jojo jatuh cinta pada Elsa, meskipun Elsa hanya menganggapnya
sebagai adik laki-lakinya karena usia Jojo jauh lebih muda darinya.
Film ini mendapatkan respon yang sangat baik dari para
kritikus film. Karena plot nya yang mudah dicerna tetapi tetap dengan jalan
cerita yang seru dan tidak membosankan, ditambah dengan komedi satire nya yang
membuat kita tertawa terbahak-bahak. Akting dari pemeran Jojo yaitu Roman
Griffin Davis yang dapat membuat kita jadi gemas sendiri dengan segala tingkah
lakunya dan ditambah juga dengan parasnya yang tampan untuk anak seusianya
hehe.. Aku sempet cari film lain yang diperankan olehnya dan ternyata film Jojo
Rabbit ini merupakan film debutnya. Untuk ukuran aktor yang terbilang masih
sangat baru, Roman sudah dapat memerankan perannya dengan baik jadi ya nggak
salah kalau dia bisa masuk beberapa nominasi dan memenangkan penghargaan di berbagai
ajang penghargaan film untuk Jojo Rabbit seperti “Best Youth Performance” di
Seattle Film Critics Society, “Breakthrough Artist” di San Diego Film Critics
Society, dan lain-lain.
Tak hanya Roman, aktor yang berperan disini seperti sang
sutradara yaitu Taika juga memerankan karakter Adolf Hitler khayalan yang
kekanakan dengan berbagai kelakuannya yang konyol dan aktris yang memerankan Bu
Rosie yaitu Scarlett Johansson wah ini sih jangan ditanya emang udah keren
banget kalo udah doi yang meranin hehe.. coba lihat aja film yang diperankan
olehnya seperti Marriage Story, Lucy, dan udah masuk ke Marvel Cinematic
Universe (MCU) berperan sebagai Black Widow. Aku sempet kaget juga awalnya pas
tau kalo yang meranin Scarlett Johansson wkwk.
Berbagai properti yang dipakai seperti kostum, makeup, hairstyle,
rumah-rumah, kantor, dan sebagainya menurutku sudah sesuai untuk cerita yang
berlatar belakang akhir perang dunia kedua. Musik yang digunakan juga pas untuk
alur ceritanya, saat lagi ada bumbu komedi musiknya terdengar ceria namun
ketika di adegan perang musiknya terdengar terasa dramatis seakan kita juga
merasakan ada di perang itu. Buat kamu yang suka nonton film komedi drama tapi
sekalian mengenang sejarah dan liat ngerinya perang kayak gimana, film ini
layak banget buat kamu tonton bersama keluarga.
Sekian review dariku, thanks for your support and see you on
the next post. Ciao~
Wassalamualaikum.
Rating: 9.0/10
Komentar
Posting Komentar