Day 1 in Thailand: Culture Shock dan Remaja Jompo Pemburu Thai Tea
Assalamualaikum, Hi Fellas!
Okay, kali ini aku akan menceritakan pengalamanku saat mengunjungi salah satu negara tetangga Indonesia, yaitu Negeri Gajah Putih atau yang biasa kita kenal sebagai Thailand.
Sebagai informasi, rencananya aku akan membuat cerita khusus di Thailand ini menjadi empat bagian (karena disana selama 4 hari), yang terdiri dari Day 1, Day 2, dan seterusnya.
Agar dirasa lebih detail dan mungkin teman-teman bisa lebih membayangkan sama seperti yang aku rasakan secara langsung saat di Thailand.
So tanpa fafifu, langsung aja aku mulai di day 1 ya. Selamat membaca!
Dimulai dari perjalananku ke Bandara Soekarno-Hatta bersama kedua adikku. Ya, kami pergi hanya bertiga tanpa kedua orang tuaku. Hal itu dikarenakan kedua orang tuaku saat itu sedang melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci.
Sebenarnya sih gak cuma bertiga, ada rombongan lain yang ikut karena kami menggunakan jasa tour & travel, ditambah dengan dua orang sepupuku yang ikut, jadi sebenarnya kami ada temannya.
Total semuanya ada 14 orang dalam rombongan kami, dan kita berlima termasuk yang termuda.
Oiya, karena flight dari Jakarta menuju Bangkok pukul 06.00 WIB, dan khusus penerbangan internasional wajib untuk check-in di bandara keberangkatan minimal 2-3 jam sebelum penerbangan, ditambah lagi rumahku jauh, jadi aku bersama adik-adikku sepakat untuk berangkat menuju bandara pukul 02.00 WIB.
Pukul 02.00 WIB setelah taxi online pesanan kami datang, kami langsung berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta. Alhamdulillah perjalanan terasa sangat lancar.
Sesampainya di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, kami langsung mencari rombongan kami di titik lokasi yang telah ditentukan sebelumnya di grup WhatsApp.
Setelah bertemu dengan dua tour leader kami yang bernama Tante Ranie dan Tante Anna, aku juga berkenalan dengan teman-teman satu rombongan yang didominasikan oleh orang dewasa 30 tahunan hingga lansia.
Sudah 1 jam menunggu, kami langsung mengantri menuju tempat check-in dan menaruh bagasi. Lalu, kami langsung menuju bagian imigrasi untuk dicek paspornya.
Pemeriksaan yang dilakukan cukup banyak hingga pengecekan x-ray untuk barang di kabin pesawat, serta pengecekan kantong-kantong pakaian yang kami kenakan.
Kemudian, kami memasukin gate pesawat kami. Aku lupa nomor gate pesawatnya, tetapi kami menaiki maskapai Thai Lion Air.
Singkat cerita, kami sudah memasuki pesawat dan adikku sedikit terkejut karena pramugara/i maskapai ini ternyata orang Thailand (terlihat dari name tag dan bahasa yang digunakannya).
Perjalanan menuju Don Mueang International Airport, Bangkok memakan waktu 3 jam dan ku habiskan dengan tidur, serta se-sekali melihat pemandangan gumpalan awan dan langit berwarna biru cerah.
Kami sampai di Bangkok pukul 09.30 WIB. Oiya, karena zona waktu Thailand sama seperti waktu wilayah Indonesia bagian barat atau WIB, maka aku tetap cantumkan WIB ya (ini berlaku juga di cerita selanjutnya).
Setelah turun dari pesawat, melakukan pemeriksaan di bagian imigrasi, dan mengambil bagasi, rombongan kami langsung menuju bus yang disewa oleh tour & travel kami.
Kami juga diperkenalkan dengan tour guide yang akan mendampingi kami bernama Abdul, seorang warga negara Thailand beragama Islam yang fasih berbahasa Melayu.
Selama perjalanan menuju restoran untuk makan siang, ia menjelaskan sedikit sejarah kota Bangkok mulai dari dua bandara di kota Bangkok, agama mayoritas penduduknya, lifestyle, hingga nominal uang Thailand.
Hal yang muncul dalam benakku saat pertama kali menginjakkan kaki di Bangkok adalah.. "mirip Jakarta, ya".
Gedung-gedung tinggi, cuaca yang sama panasnya, padatnya jalanan, hingga wajah yang hampir mirip karena sesama rumpun Asia Tenggara, sehingga membuat Bangkok terlihat sama saja seperti Jakarta.
Tapi, tentunya ada perbedaan yang cukup mencolok seperti bahasa dan tulisan Thailand yang khas mirip aksara Jawa (karena berasal dari rumpun bahasa yang sama yaitu Sanskerta).
Selain itu, banyaknya potret raja dan ratu Thailand di hampir setiap bangunan, lifestyle yang jauh lebih bebas, hingga berlimpahnya wisatawan asing yang ada di Bangkok.
Hal tersebut menurutku tidak lumrah di Jakarta, karena turis asing di Indonesia lebih banyak ditemukan di Bali, Yogyakarta, Lombok, dan kota wisata lainnya.
Tidak terasa kami sampai di sebuah restoran halal bernama Sophia Restaurant. Alhamdulillah, restoran ini menyajikan menu kuliner khas Thailand versi halal.
Makan siang di Sophia Restaurant |
Kami menyantap hidangan khas Thailand seperti Tom Yum, lalu ada ayam goreng dengan bumbu merah yang gurih, ikan goreng, sayuran semacam Cap Cay, dan telur dadar yang empuk.
Setelah makan siang di Sophia Restaurant, kami melanjutkan perjalanan ke Chatuchak Market yang spesial hanya buka pada Sabtu-Minggu atau weekend saja (kebetulan saat aku tiba di Bangkok bertepatan di hari Minggu).
Sebelum berpencar, tour guide dan tour leader ku menjelaskan tentang titik kumpul dan jam yang telah ditentukan untuk berkumpul kembali.
Di saat orang-orang di rombongan kami asyik berbelanja di Chatuchak Market, aku bersama adik-adik dan dua sepupuku yang juga beradik kakak (total berlima) sibuk mencari mushola dan tempat untuk rebahan. Maklum remaja jompo..
Mushola yang ada di Chatuchak Market berada di lantai atas, serta laki-laki dan perempuan terpisah lokasinya.
Setelah melaksanakan shalat dzuhur dan ashar yang di jamak qashar, kami menuju food court yang tidak jauh jaraknya dari mushola.
Kebetulan karena kami berlima saat kehausan, kami memutuskan untuk membeli cha yen atau thai tea, salah satu minuman khas Thailand yang pernah viral di Indonesia.
Adikku yang laki-laki bersama sepupuku yang laki-laki mencari tempat duduk, sedangkan aku, adikku yang perempuan, dan sepupu perempuan (adiknya sepupuku yang tadi) mencari thai tea yang dirasa menjanjikan dari segi rasa maupun harga.
Setelah berkeliling, akhirnya kami menemukan penjual thai tea dan membeli sebanyak 5 gelas. Satu gelas thai tea di gerai tersebut dijual seharga 50 baht (sekitar Rp 21.300, kurs 1 baht: Rp 426).
Kami tidak membeli makanan disana, karena kebanyakan gerai di food court tersebut menyajikan makanan yang berbahan dasar babi.
Jadi, kami hanya duduk di food court sambil minum thai tea, ngobrol, dan bermain hp sampai waktu berkumpul di titik kumpul yang telah ditentukan tiba.
Sejujurnya, kami berlima merasa sangat kelelahan karena penerbangan pagi dan langsung gas jalan-jalan. Sehingga, tenaga kami cukup terkuras dan yang kami inginkan saat itu hanya rebahan.
Tidak terasa waktu untuk berkumpul tiba. Saat kami tiba di titik kumpul, hampir semua orang di rombongan kami membawa kantong berisi belanjaan.\
Mereka pun terheran-heran saat tahu tidak ada satu pun di antara kami berlima yang berbelanja, dan hanya menunggu di food court sambil nge-thai tea cantik.
Padahal, Chatuchak Market merupakan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Bangkok yang menjual berbagai macam barang seperti pakaian, aksesoris, lukisan, kuliner, hingga hewan peliharaan.
Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan menuju Asiatique The Riverfront, sebuah destinasi wisata di tepi Sungai Chao Phraya yang terkenal dengan spot foto menarik, bianglala besar, kuliner yang beragam, dan pusat perbelanjaannya.
Salah satu spot bertema Disney di Asiatique The Riverfront |
Disana juga terdapat satu area bertemakan Disney dan sebuah kapal yang selalu menjadi spot foto para wisatawan.
Setelah melakukan foto bersama dengan rombongan kami, aku dan adik-adikku memencar dan mengelilingi area tempat wisata tersebut. Kami juga membeli jajanan berupa Taiyaki.
Sayangnya, di Asiatique kami hanya sebentar karena mulai hujan deras. Untungnya, kami bertiga segera mencari tempat berteduh sehingga tidak kehujanan.
Hujan pun mulai reda dan rombonganku kembali melanjutkan perjalanan menuju salah satu restoran halal di Bangkok (tapi lupa nama restorannya apa..) untuk makan malam. Menu makan malamnya tidak jauh beda saat makan siang, tentunya ada tom yum yang segar.
Usai menyantap makan malam, destinasi terakhir malam itu adalah menuju hotel untuk beristirahat dan mengumpulkan tenaga untuk jalan-jalan di esok harinya.
Kami menginap The Iconic Hotel dan aku satu kamar dengan adik perempuanku.
Malam itu, aku habiskan dengan membersihkan diri, beres-beres sedikit, menonton YouTube melalui TV kamar hotel bersama adikku, kemudian tidur.
Sekian ceritaku saat hari pertama di Thailand, cerita selanjutnya akan segera aku post.
Thank you for read this article and see you on the next post. Ciao~
Wassalamualaikum.
Komentar
Posting Komentar